Pahit - Manisnya Kehidupan di Pesantren 12 November 2015
Bagi teman-teman yang pernah
merasakan kehidupan di pesantren tentunya terkadang merasakan indahnya
hidup di pesantren. Ada suka dan ada duka, hidup berjama'ah dengan
teman-teman. Merasakan indahnya kebersamaan, makan bersama, tidur
bareng, sholat berjamaah, belajar bareng dan seabrek kegiatan yang sudah
ditetapkan oleh pesantren. Ketika pagi menjelang jam 03.00 kegiatan
pesantren sudah mulai muncul aktivitasnya, ada yang sholat tahajjud, ada
yang sudah mandi ada yang tadarrus , belajar dan berbagai macam
aktivitas yang layakynya dilakukan oleh seorang santri. Memang kehidupan
dipesantren dapat membuka wacana seseorang tentang bagaimana seharusnya
menjalani kehidupan tanpa keegoisan semata, ketika ada sahabatnya sakit
bersama-sama membantu, mencucikan baju, menjaganya sampai merawatnya
hingga sembuh. Subhanallah, benar-benar indah bukan?? Ketika shubuh
menjelang, bersama-sama kita pergi ke masjid, sholat shubuh berjamaah,
kemudian dilanjutkan dengan tadarrus dan kajian, lantas piket
membersihkan pesantren agar nampak indah dan bersih. Selepas itu mandi
dan ke kempus. Ketika sore menjelang, kembali kita menyibukkan diri
untuk tetap mengingat Allah, sholat magrib, tahsin, kajian dan belajar.
Akan tetapi, terasa lebih indah apabila semua itu dilaksanakan
semata-mata untuk mencari ridho Allah. Seberapapun amal kita apabila
dilakukan dengan niat "tabarruj" maka tidak ada berkahnya. Bukan pahala
yang didapat. Satu hal yang membuat aku menjadi bertahan dipesantren
adalah sikap zuhud dan kekeluargaannya yang bikin aku betah. Sewaktu
pertama kali aku tinggal dipesantren benar-benar dech.... Serasa berada
di "dunia lain", aku yang tak biasa makan bersama dalam 1 piring, aku
yang tak biasa mencuci baju sendiri, aku yang tak biasa mengepel
lantai,nyapu, buang sampah,membersihkan kamar mandi (piket), merasakan
ini benar-benar sebuah paksaan. Tetapi setelah 1 tahun aku tinggal
dipesantren aku baru bisa merasakan betapa nikmatnya hidup di pesantren.
Seakan selalu mengingat akhirat dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Insya Allah.... Namun, dibalik semua itu tidak semua anak yang
dimasukkan oleh orang tuanya ke dalam pesantren adalah anak yang
benar-benar baik, ada juga anak yang memang "nakal" dan tujuan
orangtuanya memasukkan ke dalam pesantren adalah agar dia dapat
terwarnai oleh teman-temannya yang sholeh-sholehah. Bukan malah dia yang
terwarnai akan tetapi kadang-kadang kehadiran santri "bengal" ini
justru mewarnai teman-temannya agar menjadi "nakal" seperti dirinya. Dan
aku merasakannya di dunia pesantren ini, ada aja ulah santri yang
terkadang hampir-hampir saja aku ikut terjerumus. tanpa rasa takut ada
aja yang dengan bangga menyanyikan lagu-lagu yang "kurang sopan" seperti
dangdutan dan lain-lain. Ada yang dengan Pedenya menggunakan hot pants
deuh.... deuh..... cape dah. Adalagi yang selalu saja menyalahkan
teman-temannya, menganggap dirinya paling benar. Ada juga yang merasa
dirinya paling cantik, paling imut dan paling bersih padahal kalau kita
berkunjung kerumahnya aja ups... kotor bin kumuh. Ada lagi yang selalu
mencari-cari kesalahan oranglain..... ada yang cuek, ada yang suka
membuang sampah sembarangan (bisa-bisanya makan lantas sampahnya
diletakkan disamping kasurnya ughhh), yang lebih parah dunia pesantren
identik dengan kudis dan "kutu" kalau satu santri udah kena pasti
dijamin yang lain akan kena waduh ngeri.......... ada -ada saja
kejadiannya. yah inilah kehidupan pesantren kita harus bisa membedakan
yang baik dan yang benar. Karena semua itu adalah proses kita sebagai
manusia dalam hidup. Salam Pesantren :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar